NEW DELHI: Menuduh Menteri Penerangan dan Penyiaran M. Venkaiah Naidu menuduh partai besar lama dan sayap kiri mencoba memberikan “warna berbeda” pada acara-acara di beberapa kampus, pemimpin Kongres Mallikarjun Kharge mengatakan pada hari Selasa mengkritik partai tersebut karena menganut ideologi tersebut dari partai Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS).
Berbicara kepada ANI, Kharge mengatakan siapa pun yang mengomentari “teori Naidu” menjadi anti-nasional dan korup bagi negara.
“Venkaiah Naidu selalu berbicara tentang ideologi Partai Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), dan jika ada yang mengomentari dia atau teorinya, maka mereka semua menjadi anti-nasional dan korup bagi negara,” ujarnya.
Kharge juga menuduh Naidu tidak mempraktekkan apa yang dia khotbahkan.
“Yang bicara sekularisme atau kebebasan berpendapat seperti yang dilakukan Venkaiah Naidu, tapi baginya untuk mempraktikkannya sangat sulit. Jadi, kalau ada yang mengoreksi, maka dicap anti sosial. Bukankah itu salah?” dia menambahkan,
Naidu kemarin mengatakan bahwa kebebasan berekspresi tidak berarti kebebasan untuk mendukung disintegrasi negara.
“Saya terkejut dengan upaya yang dilakukan Kongres dan kelompok Kiri yang memberikan warna berbeda terhadap isu yang terjadi di beberapa universitas dan mengatakan itu adalah serangan terhadap kebebasan berekspresi,” tambahnya.
Dia menuduh bahwa kelompok tertentu yang “salah arah” mencoba menyesatkan generasi muda dan menciptakan ketegangan sosial, sehingga melukai sentimen masyarakat India.
Komentarnya muncul di tengah pertikaian politik menyusul bentrokan pekan lalu antara aktivis ABVP yang berafiliasi dengan RSS dan AISA yang didukung sayap kiri terkait undangan seminar kepada mahasiswa JNU Umar Khalid, yang dituduh dalam kasus kerusuhan.
Menyerang Partai Kongres, Naidu mengatakan orang-orang yang memberlakukan Keadaan Darurat, membatasi hak-hak dasar, memenjarakan seluruh oposisi dan menerapkan sensor pada media kini berkhotbah tentang kebebasan berekspresi.
Dia lebih lanjut menuduh bahwa Partai Kongres telah menghasut kekerasan.
NEW DELHI: Menuduh Menteri Penerangan dan Penyiaran M. Venkaiah Naidu menuduh partai besar lama dan sayap kiri mencoba memberikan “warna berbeda” pada acara-acara di beberapa kampus, pemimpin Kongres Mallikarjun Kharge mengatakan pada hari Selasa mengkritik partai tersebut karena menganut ideologi tersebut dari partai Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS). Berbicara kepada ANI, Kharge mengatakan siapa pun yang mengomentari “teori Naidu” menjadi anti-nasional dan korup bagi negara. “Venkaiah Naidu selalu berbicara tentang ideologi Partai Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), dan jika ada yang mengomentari dia atau teorinya, maka mereka semua menjadi anti-nasional dan korup bagi negara,” ujarnya. Kharge juga menuduh Naidu tidak mempraktekkan apa yang dia khotbahkan. “Yang bicara sekularisme atau kebebasan berpendapat seperti yang dilakukan Venkaiah Naidu, tapi baginya untuk mempraktikkannya sangat sulit. Jadi, kalau ada yang mengoreksi, maka dicap anti sosial. Bukankah itu salah?” Ia menambahkan, Naidu kemarin mengatakan kebebasan berekspresi bukan berarti kebebasan menganjurkan disintegrasi negara. “Saya terkejut dengan upaya yang dilakukan Kongres dan kelompok Kiri yang memberikan warna berbeda terhadap isu yang terjadi di beberapa universitas dan mengatakan itu adalah serangan terhadap kebebasan berekspresi,” tambahnya. Dia menuduh bahwa kelompok tertentu yang “salah arah” mencoba menyesatkan generasi muda dan menciptakan ketegangan sosial, sehingga melukai sentimen masyarakat India. Komentarnya muncul di tengah pertikaian politik menyusul bentrokan pekan lalu antara aktivis ABVP yang berafiliasi dengan RSS dan AISA yang didukung sayap kiri terkait undangan seminar kepada mahasiswa JNU Umar Khalid, yang dituduh dalam kasus kerusuhan. Menyerang Partai Kongres, Naidu mengatakan orang-orang yang memberlakukan Keadaan Darurat, membatasi hak-hak dasar, memenjarakan seluruh oposisi dan menerapkan sensor pada media kini berkhotbah tentang kebebasan berekspresi. Dia lebih lanjut menuduh bahwa Partai Kongres telah menghasut kekerasan.